Article Detail

"One Book One School"

“ONE BOOK ONE SCHOOL”

 

Bagi kebanyakan orang, menulis merupakan hal yang biasa dan mudah dilakukan, tetapi tidaklah demikian bagi guru-guru SMP Tarakanita 4. Di awal bulan Mei 2016, Sr. Greta CB meminta bapak ibu guru supaya berperan aktif dalam menulis. Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi program dari Dinas Pendidikan tentang kewajiban setiap sekolah untuk menulis sebuah buku, “One Book One School”.  Bisa dibayangkan bagaimana reaksi bapak ibu guru pada saat itu, kaget, bingung, dan reaktif. Hal ini  terjadi karena kebanyakan di antara kami belum pernah menulis. Apalagi karya tulis yang akan kami buat nantinya menjadi sebuah buku, hanya sebagian di antara kami yang bersedia dan menanggapi dengan positif  informasi yang disampaikan oleh Sr. Greta CB.

Langkah selanjutnya, Sr. Greta CB membentuk  tim editor untuk menunjang hasil karya tulis para guru sebelum dijadikan sebuah buku. Kurun waktu dua minggu, kami sudah harus mengirimkan karya tulis dengan tema “Pengalamanku Menjadi Guru”. Banyak kesulitan yang kami alami ketika harus menulis. Kami harus menulis di sela-sela waktu yang sangat sibuk, menyiapkan bahan ajar, mengajar, menyelesaikan administrasi, terutama menyelesaikan soal UAS genap. Masih sangat membekas dalam ingatan saya, bagaimana sulitnya membagi waktu untuk memulai menulis. Di antara kami, ada yang mencari inspirasi dengan membaca buku terlebih dahulu, dan ada pula yang berusaha mengingat-ingat pengalaman pada saat pertama kali mengajar. Sebagian lagi berkumpul, berdiskusi, dan sharing antar guru. Motivasi dan inspirasi ini kemudian dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Ternyata kesulitan utama kami adalah untuk memulai kalimat pertama. Namun, setelah mulai menulis, kami dapat melanjutkan dengan lancar, meskipun masih banyak kekurangan di sana-sini, terutama dalam penggunaan tanda-tanda baca. Di sinilah tim editor mulai mengedit tulisan kami. Kebanyakan di antara kami pesimis dengan tulisan yang telah kami buat, merasa kurang bagus, kurang layak untuk dibaca, dan hanya asal jadi.

Kini tibalah saat yang dinantikan, Sr. Greta CB menyampaikan bahwa karya tulis kami sudah dituangkan dalam satu buku. Wow… amazing, spontan saya berujar seperti itu, tidaksia-sia usaha yang kami lakukan selama ini untuk dapat menghasilkan sebuah karya tulis. Kami menyambut dengan senang dan bangga sebuah karya tulis sederhana yang mampu menggugah hati para pembacanya. Bagi yang ingin mengenal lebih dalam para guru SMP Tarakanita 4, saya sarankan untuk membaca buku cantik ini :“It’s fun to be a teacher”. Isinya sangat menarik, antara lain: pengalaman-pengalaman mengajar para guru, suka-duka pada saat mengajar, alasan mengapa menjadi guru, tipe guru yang diidamkan siswa, tips dan trik untuk berhasil dalam belajar,  sampai bangganya bertemu alumni yang sudah berhasil. Melalui buku ini, kita juga bisa melihat pribadi guru-guru SMP Tarpat  dalam sebuah tulisan, karena kebanyakan di antara kami blak-blakan menceritakan keadaan diri kami.  
“ Bila seseorang banyak berlatih dan mengulang, terpaksa ataupun sukarela, pasti akan menguasai keahlian tertentu. Inilah yang disebut habit". Pernyataan ini bisa menginspirasi kita untuk memulai sesuatu. Saya belajar satu hal dari karya tulis kami ini, bahwa “Kita tidak akan pernah tahu, apakah kita mampu  atau tidak sebelum kita mencoba”. Buku ini sangat menginspirasi kita sebagai pendidik. Seorang pendidik itu perlu melakukan kegiatan belajar yang terus-menerus dan pantang menyerah dalam setiap usaha dan tantangan yang dihadapi.  “Pendidik bukanlah sebuah pilihan tapi sebuah panggilan”. Janganlah kita menyia-nyiakan panggilan ini, tapi berjuang terus untuk mampu menciptakan generasi penerus bangsa yang unggul dalam akademik dan berkarakter Tarakanita.  Mari kita mendidik dengan hati dan cinta. Bagi yang berminat ingin memperoleh buku ini, bisa menghubungi Sr. Greta, CB.

“Tulisan itu merupakan rekam jejak. Sekali dipublikasikan, tak akan bisa ditarik kembali.
Tulislah hal-hal berarti yang tak akan pernah kau sesali kemudian.”
                                                                                                                        -Tika Shmily-
Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment