Article Detail
PUBLIKASI SEBAGAI SARANA PROMOSI SEKOLAH
Jakarta – Tarpatnews
Pada masa ini, untuk memperkenalkan produk-produk, layanan, atau jasa tidak lepas dari apa yang dinamakan dengan promosi. Berbagai macam dan jenis promosi telah dan sedang dilakukan oleh para pemilik produk/layanan/jasa tersebut.
The Power of Mouth, atau promosi dari mulut ke mulut hingga saat ini dirasakan sebagai sarana promosi yang paling hebat. Promosi berdasarkan kesaksian ini dianggap lebih kredibel oleh karena diceritakan langsung oleh pengguna ataupun mereka yang pernah merasakan dan menikmati sebuah produk/layanan/jasa. Oleh karena itu, kesan baik yang diterima oleh banyak orang dirasakan sebagai sarana promosi yang paling efektif dengan menghindari kesan/pengalaman buruk dari pengguna/penerima layanan.
Selain itu, sarana promosi dilakukan dengan cara beriklan, menyebarkan brosur, menjadi sponsor dalam berbagai even, dan juga hal-hal lainnya. Keefektifan dari masing-masing cara berpromosi tadi bergantung pada seberapa sukses kegiatan promosi tersebut menyentuh segmentasi pasarnya.
Dalam promosi sekolah, pada masa-masa sebelumnya The Power of Mouth diyakini sebagai yang paling penting dalam memperkenalkan dan menjaring siswa/i baru dalam sebuah sekolah. Namun seiring dengan perkembangan zaman, nampaknya promosi melalui hal tersebut dirasakan kurang. Mengingat begitu besarnya persaingan antar sekolah saat ini, maka sekolah perlu memikirkan langkah lebih dari sekadar hal tersebut di atas.
Menyadari hal tersebut, maka Yayasan Tarakanita merasa perlu untuk melakukan promosi dalam bentuk-bentuk yang berbeda selain dari cara-cara yang sudah dilakukan sebelumnya. Salah satu upaya yang diupayakan dan dilakukan oleh Yayasan Tarakanita dalam memperkenalkan sekolah-sekolah yang dikelolanya adalah dengan menggunakan teknologi informasi.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada masa ini teknologi informasi menjadi yang dominan dalam berbagai segmen kehidupan. Begitu juga dalam menjalankan promosi sekolah. Banyak stakeholder yang tidak lagi memiliki waktu luang yang cukup untuk dapat hadir dan menyaksikan langsung sekolah yang menjadi target sebagai tempat mendapatkan pendidikan bagi mereka sendiri ataupun bagi sanak keluarganya. Dengan teknologi informasi, segala informasi akan kebutuhan dan berbagai pertanyaan tentang sebuah sekolah dapat diketahui dengan segera.
Namun demikian, pemaparan mengenai setiap segi sekolah nampak belum cukup untuk menampilkan wajah sekolah seluruhnya di dalam penerapan teknologi informasi. Dan hal ini juga dirasakan Yayasan Tarakanita sebagai kekurangan yang harus segera diperbaiki untuk mendapatkan hal yang lebih baik. Oleh karena itu Yayasan merasa perlu mengadakan sebuah pelatihan singkat mengenai publikasi dengan menghadirkan tutor/mentor yang sangat berpengalaman.
Menulis Artikel Jurnalistik: Menyenangkan Meski Tidak Mudah
Didasarkan keinginan untuk lebih mampu memperkenalkan sekolah-sekolah Tarakanita terutama di wilayah Jakarta, maka dua orang perwakilan dari unit-unit sekolah Tarakanita yang ada di Wilayah Jakarta dikumpulkan di SMA/SMK Tarakanita 1 Puloraya untuk mengikuti sebuah pelatihan singkat tentang jurnalistik.
Didampingi langsung oleh mentor kawakan, para perwakilan sekolah tersebut diajar dan diajak untuk mampu menghasilkan karya jurnalistik yang diharapkan mampu untuk menghadirkan tidak hanya berita mengenai kegiatan sebuah unit namun juga sebagai sarana promosi bagi sekolah-sekolah tersebut.
Dengan tidak mengenal lelah, Willy Pramudya dari Kelompok Kompas Gramedia yang saat ini bertugas di harian Warta Kota mendampingi dan menjadi mentor bagi para peserta pelatihan yang diadakan sehari penuh pada Jumat (8/5) yang lalu.
Diawali dengan memperkenalkan apa itu karya tulis jurnalistik, Willy memaparkan berbagai macam karya tulis jurnalistik yang bisa digunakan sebagai sarana publikasi dan juga promosi. Tidak hanya berhenti di situ, Willy juga meminta para peserta untuk dapat memahami bagaimana sebuah artikel koran ditulis dengan cara menganalisa artikel-artikel tersebut dengan menggunakan metode penulisan jurnalistik yang benar.
Setelah diminta untuk menganalisa beberapa artikel dalam sebuah koran, Willy juga meminta para peserta pelatihan untuk mampu menulis sebuah artikel jurnalistik mengenai apa yang telah terjadi di unit sekolah mereka.
“Wah, ternyata sulit juga ya menulis artikel untuk ditampilkan sebagai karya jurnalistik”, kata Sr. Greta CB dari SMP Tarakanita 4 Rawamangun yang merupakan salah satu peserta dalam pelatihan tersebut. Lebih lanjut Sr. Greta CB menyatakan bahwa meskipun sulit, tapi ternyata menulis artikel jurnalistik itu menyenangkan. Dalam hal ini Sr. Greta menyatakan bahwa sungguh senang akhirnya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menulis artikel jurnalistik.
Dalam proses penulisan artikel jurnalistik, para peserta pelatihan mengalami sedikit kesulitan dalam proses menulisnya. Hal ini mengingat bahwa dalam proses penulisan karya jurnalistik berbeda dengan menulis artikel ilmiah ataupun artikel bentuk lainnya, meskipun di sisi lain ada banyak kesamaan di dalamnya.
Di akhir pelatihan, Willy sebagai mentor mengharapkan bahwa para peserta tidak hanya berhenti sampai di sini dalam menulis karya jurnalistik. Tindak lanjut dan bukti nyata diharapkan untuk terjadi sehingga publikasi sebagai sarana promosi dapat berjalan. (Hand).
-
there are no comments yet