Article Detail

MENULIS ITU (SUNGGUH) MENYENANGKAN

MENULIS ITU (SUNGGUH) MENYENANGKAN

(DARI SEMINAR DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS, UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA JAKARTA)

 

Oleh:
A. Sani Handoko

 

Bagi sebagian besar orang, menulis merupakan sebuah hal yang bisa jadi teramat rumit untuk dilaksanakan. Dengan berbagai macam “aturan”, ini yang dirasakan sebagai sebuah hal yang “memberatkan” untuk menulis. Hal ini terjadi juga di dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Banyak siswa ketika diminta untuk menulis merasa sangat sulit untuk dapat mengembangkan tulisannya. Tapi sungguhkah menulis itu sulit?

            Didasari dari keinginan untuk dapat menjadikan menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan dan merespon undangan yang dikirimkan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, maka sedikit banyak penulis mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaan tentang bagaimana membuat kegiatan menulis menjadi kegiatan yang menyenangkan.

            Di suatu hari Sabtu yang cerah, 16 April 2016 di Ruang K2.202 Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, seminar “Teaching Writing: How to Help Students Develop and Organise Ideas” memberikan beberapa beberapa alternative solusi atas pertanyaan dalam benak penulis tentang membuat kegiatan menulis yang menyenangkan. Dengan mengundang Prof. DR. Jayakaran Mukundan dari Universiti Putra Malaysia, topik yang disajikan menjadi amat menarik.

            Diawali dengan pengantar tentang Prof. Jayakaran Mukundan yang ternyata adalah seorang penyandang disleksia yang karena didampingi oleh seorang guru yang luar biasa sabar dan telaten dalam pendampingannya akhirnya bisa menjadi seorang yang luar biasa dalam bidang bahasa, khususnya Bahasa Inggris. Dari sebuah tulisan dari website Universitas Putra Malaysia, dikatakan: He (Prof. Jayakaran Mukundan) developed RETROTEXT-E (Versions 1 and 2.0) software for evaluating English language teaching textbooks and Wordlist Creator which won Gold medals at the British Invention Show, UK and IENA (Germany). He is also inventor of the first on-line textbook evaluation checklist. He has copyrights on 4 software he has developed so far. As an Expert on the Ministry of Education and MARA Junior Science Colleges Advisory Panel, he constantly helps develop future curriculums for Malaysian schools. Jaya is one of the founding members of the Regional Creative Writing Group. He himself writes and publishes stories and poems during sessions but more importantly helps train teachers who will be future writers. He has always been active in community service and has adopted more than 8 schools throughout the country. He founded the Tun Mahathir UPM-ELS Scholarship Awards for empowering youth through English. Tidak salah dan menjadi sangat berharga karena penulis menghadiri sebuah seminar yang dinarasumberi oleh Prof. Jayakaran Mukundan.

            Pengembangan topik yang dilakukan oleh Prof. Mukundan ternyata teramat sangat sesuai dengan apa yang penulis hadapi dengan para siswa di SMP Tarakanita 4. Dengan membuat dan menyederhanakan berbagai langkah penulisan, hal ini dapat dipastikan akan membuat kegiatan menulis menjadi sangat menyenangkan. Berikut hal-hal yang bisa disarikan dari seminar beliau.

 

a. Pentingnya kegiatan pra-menulis.

Salah satu penyebab mengapa menulis menjadi momok dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah karena waktu yang diberikan sangat singkat. Tanpa adanya kegiatan pra-menulis menjadikan kegiatan inti menulis menjadi kegiatan yang sangat memakan waktu.

            Menurut Prof. Mukundan, kegiatan pra-menulis itu wajib selalu hadir dalam setiap kegiatan menulis. Dikatakan bahwa kegiatan pra-menulis itu akan menjadi sebuah “pemanasan” sebelum kegiatan inti dan di samping itu kegiatan pra-menulis ini akan menjadi pemicu otak untuk bekerja secara kreatif.

            Apa saja yang bisa dilakukan dalam kegiatan pra-menulis? Salah satunya adalah exposure (paparan) mengenai topik yang akan dikembangkan. Seringkali seorang penulis merasa kesulitan mengembangkan tulisan karena tidak/kurang mengetahui topik yang harus dikembangkannya. Dalam hal ini, peran pendamping/guru/fasilitator menjadi penting dalam memberikan paparan mengenai topik penulisan sehingga para siswa tidak akan mengalami “blank” dalam pengembangan materi.

 

b. Mulailah dengan kegiatan yang sederhana.

Untuk kegiatan menulis di secondary school (sekolah lanjutan seperti SMP dan SMA/K), pada tingkatan awal kegiatan menulis hendaknya dilakukan dengan kegiatan yang sederhana namun menarik. Diberikan contoh dalam menulis deskriptif. Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan dengan sederhana namun menarik, antara lain:

-  Untuk kegiatan menulis deskriptif

1. membuat acrostic poem (menulis puisi dengan pola menurun berdasarkan nama panggilan seseorang yang akan dideskripsikan)

2. membuat puisi “Hello-Goodbye

3. membuat “sense poem”, puisi yang menggunakan indera perasa

4. membuat puisi dengan metafora

 

- Menggunakan “tebak karakter” sebagai “pemicu” dalam menulis narasi

Jika tidak pernah dilatih, maka para siswa mungkin tidak akan pernah memiliki kemampuan untuk menulis narasi yang variatif (misal mampu mengembangkan suspense/ketegangan atau memberikan “mistery” yang memancing keingin tahuan pembaca). Prof. Mukundan menarankan kegiatan tebak karakter sebagai sarana melatih para siswa. Apa yang dimaksud dengan tebak karakter di sini? Dalam hal ini misalkan guru menyajikan beberapa foto orang-orang yang jelas tidak dikenal para siswa, dan para siswa diminta untuk menebak siapa dari foto-foto tersebut yang adalah orang jahat dan mana yang menurut mereka adalah orang yang baik. Lalu kemudian mereka harus menuliskan apa yang para siswa ingin katakan terhadap orang yang menurut mereka baik tersebut.

            Kegiatan ini bisa divariasikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi para siswa saat itu dan sesuai dengan tingkat kosakata yang mereka miliki. Semakin baik kosa kata para siswa, maka kegiatan ini semakin bisa dibuat semakin menarik dan “menegangkan”.

 

- Menggunakan media untuk dasar penulisan

Dengan menampilkan contoh-contoh penulisan yang ada dari berbagai media, maka para siswa akan dapat bisa dirangsang untuk mendapatkan “wawasan” baru dalam mengembangkan tulisan. Seringkali siswa kesulitan menulis karena tidak memiliki “wawasan” yang dibutuhkan.

            Dengan menampilkan media-media yang baik sebagai “pemicu”, maka selain memberikan contoh yang baik diharapkan bahwa hal tersebut akan menjadi inspirasi para siswa

 

            Seminar selama dua jam lebih tersebut terasa begitu cepat. Dengan penyajian yang begitu menarik dan pemberian contoh-contoh praktis jelas semakin membuat waktu tidak terasa bergulir. Penulis sendiri semakin merasa bersemangat untuk terus mendampingi para siswa dalam mengembangkan mereka untuk menulis, baik sebagai tuntutan dalam KBM (kegiatan belajar dan mengajar) maupun sebagai salah satu hobi yang bisa dikembangkan.

            Meskipun demikian, di antara pembaca pasti ada yang bertanya: contoh-contoh dari paparan di atas seperti apa ya? Nantikan  dalam tulisan selanjutnya.

            Dari paparan di atas, penulis hanya ingin menyampaikan bahwa menulis itu (sungguh) menyenangkan. Dengan menulis, berbagai macam kemampuan dapat dikembangkan oleh karena menulis merupakan “puncak” dari seluruh keterampilan berbahasa. Oleh karenanya, mari rajin menulis. Tuhan memberkati.

 

Beberapa rekaman lensa dari seminar tersebut.

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment