Article Detail

MENGHADAPI CBT (COMPUTER BASED TEST)

MENGHADAPI CBT (COMPUTER BASED TEST)

Oleh: A. Sani Handoko

 

Pengantar

            Pada pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dalam tahun pembelajaran 2014 – 2015 Pemerintah Republik Indonesia sudah mencoba melaksanakan Ujian Nasional yang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Ujian Nasional mulai tahun pembelajaran 2014 – 2015 yang lalu ada yang sudah menggunakan CBT atau Computer Based Test meskipun terbatas bagi siswa SMA saja dan itupun belum semua sekolah melaksanakan. Pada tahun pembelajaran 2015 – 2016 ini Pemerintah juga akan melaksanakan UN CBT di jenjang SMP. Sama seperti pada jenjang SMA, pelaksanaan UN CBT tidak dilaksanakan untuk seluruh SMP melainkan hanya pada sekolah-sekolah yang  terpilih.

            Sejak dilaksanakan pada jenjang SMA di dalam masyarakat sempat muncul kekhawatiran dan keraguan tentang pelaksanaan UN CBT ini. Apakah terlalu banyak resiko yang harus dihadapi dalam pelaksanaannya atau seperti apa gambaran UN CBT ini? Sungguhkah UN CBT ini akan merugikan siswa atau malah membantu?  Paparan singkat berikut ini mencoba memberi gambaran akan apa yang disebut dengan CBT yang akan digunakan pada Ujian Nasional di tingkat SMP pada beberapa sekolah. Ada kemungkinan sangat besar bahwa salah satu unit SMP Tarakanita di Jakarta akan menyelenggarakan UN dengan format CBT pada tahun pembelajaran 2015 – 2016 ini.

 

Definisi CBT

Jika ada di antara kita yang pernah mengikuti tes TOEFL (Test of English as a Foreign Language), maka akan mafhum dengan istilah PBT, CBT, dan IBT. Ya, betul, mereka adalah jenis-jenis tes yang ada dalam penyelenggaraan TOEFL. TOEFL yang paling jamak dilakukan dan yang paling tua usia pelaksanaannya adalah PBT atau Paper Based Test. Paper Based Test ini bermakna bahwa tes yang diselenggarakan menggunakan kertas sebagai medianya. Atau dengan kata lain, tes seperti ini berbasis kertas. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai mendapatkan hasil tes ini biasanya cukup lama. Sesuai dengan perkembangan zaman maka secara perlahan PBT (meskipun sampai hari ini masih tetap digunakan, karena biayanya yang termurah) bergeser ke CBT (Computer Based Test). Pada tes berbentuk seperti ini, para peserta tes akan menjawab pertanyaan dan wawancara di depan komputer dalam sebuah ruang tes. Sifat tesnya masih lokal dan biaya yang dikeluarkan lebih mahal dan waktu pengumuman hasil juga masih lama (meskipun tidak selama PBT). Dengan berkembangnya internet, maka tes ini secara perlahan mulai dilaksanakan dalam bentuk IBT (Internet Based Test). Cara mengerjakannya hampir sama dengan CBT namun sifatnya real time (waktu sesungguhnya) dan daring (dalam jaringan/online). CBT ini merupakan tes yang paling mahal biayanya namun dengan hasil pengumuman yang paling cepat karena bersifat real time.

            Dari paparan di atas, secara singkat bisa dilihat definisi dari CBT. Ya, CBT adalah tes berbasis komputer. Dalam hal ini para peserta tes akan menghadapi tes dengan cara mengerjakannya di depan komputer. Bentuk tes ini sebenarnya bisa bersifat daring (dalam jaringan/online) ataupun di luar jaringan (offline). Bentuk CBT ini jelas berbeda sekali dengan IBT yang mutlak membutuhkan jaringan internet.

 

Keunggulan CBT

Berdasarkan paparan di atas berikut adalah keunggulan CBT dibandingkan PBT ataupun IBT

  1. Tidak mutlak membutuhkan jaringan internet. Pengelolaan CBT sebenarnya bisa dilakukan secara offline dan tanpa jaringan. Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan/menginstalasi program CBT  ke dalam setiap komputer yang akan digunakan untuk CBT dan mengambil datanya secara manual setelah pelaksanaan CBT. Dalam skala yang lebih baik, maka dibutuhkan jaringan, namun bersifat lokal (LAN, Local Area Network). LAN jelas tidak mutlak membutuhkan internet namun membutuhkan server sebagai sumber CBT. Dengan adanya LAN, pengambilan data hasil ujian bisa dilakukan secara otomatis dari server setelah pelaksanaan ujian.
  2. Lebih hemat kertas. Dalam usaha mewujudkan dunia yang bersih dan indah, maka salah satu usaha adalah dengan mengurangi penggunaan kertas. Dalam pelaksanaan UN konvensional bisa dilihat berapa banyak kertas yang dibutuhkan karena dalam UN soal tidak boleh terpotong atau berpindah halaman demi kenyamanan mata dan konsentrasi berpikir peserta ujian. Kertas tidak mungkin dihindari dalam pelaksanaan CBT mengingat ada beberapa hal yang memang membutuhkan kertas. Presensi kehadiran memang bisa dilakukan lewat komputer, namun tetap dibutuhkan bukti fisiknya yaitu tanda tangan peserta ujian. Cara mengecek identitas peserta ujian juga membutuhkan kartu peserta ujian.
  3. Bocornya soal bisa diminimalisir. Dalam CBT tidak perlu kuatir akan bocornya soal. Andaikata soal yang sama muncul di peserta yang lain akan tetapi pola kunci jawabannya pasti akan berbeda karena dalam CBT, program akan mengacak baik nomor soal maupun kunci jawabannya. Katakanlah pelaksanan CBT membutuhkan 3 sesi untuk seluruh siswa. Hal ini juga tidak perlu dikhawatirkan mengingat dalam program CBT sudah ditanamkan berbagai macam varian soal sesuai dengan kisi-kisi atau arahan dalam pelaksanaan sebuah tes. Dalam hal ini, kemungkinan peserta didik untuk membeli kunci jawaban (seperti yang sering didengar setiap kali UN diadakan) menjadi sangat kecil karena kunci jawaban yang harus mereka dapatkan adalah harus berbentuk gambaran soal dan inti sari jawaban karena dalam pelaksanaan CBT kode soal bisa tidak ditampilkan. Jadi kalau mereka hanya mendapatkan bocoran jawaban berupa huruf pilihan, maka akan menjadi sia-sia karena dalam CBT pilihan A, B, C, D, atau E tidak pernah dimunculkan.
  4. Mempermudah pelaksanaan tes karena CBT bisa memfasilitasi berbagai macam bentuk soal dengan lebih mudah dilihat dan dipahami dibandingkan dengan berbasis tes. Dalam pelaksanaan UN berbasis kertas sangat mungkin dijumpai soal yang kurang jelas terbaca ataupun gambar yang dimunculkan tidak jelas. Maka dalam CBT hal ini bisa diminimalisir atau bahkan dihilangkan mengingat ada fasilitas zoom ataupun berbagai tools lain yang bisa digunakan untuk membantu peserta tes dalam memahami soal.

Dari paparan di atas, bisa terlihat bahwa sebenarnya apa yang disebut kekurangan dari pelaksanaan CBT ini masih bisa diminimalisir, namun tetap harus dimunculkan untuk dapat memiliki gambaran mengenai apa saja yang mungkin menjadi kekurangan CBT.

 

Kekurangan CBT

Meskipun memiliki beberapa keunggulan, namun CBT tetaplah mempunyai kekurangan, di antaranya:

  1. Membutuhkan investasi yang besar untuk pengadaan sarana dan prasarana. Akan dibutuhkan banyak sekali komputer dan (jika ada, tapi biasanya mutlak ada) jaringan komputernya. Meskipun demikian, CBT bukanlah progam sekali pakai. Selain untuk UN (di mana segala sesuatunya dipersiapkan oleh Pemerintah), komputer yang sudah disiapkan tadi juga bisa digunakan untuk tes-tes CBT yang lain ataupun kegiatan pembelajaran yang menggunakan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Namun bila skalanya bukan UN, maka CBT juga akan bisa dilaksanakan melalui tablet dan hape sehingga investasi untuk mengadakan CBT oleh sekolah sebenarnya tidak terlalu membutuhkan investasi yang amat besar.
  2. Tidak bisa dilaksanakan serentak oleh seluruh peserta tes. Mengingat begitu banyaknya sarpras (sarana dan prasarana) yang harus disiapkan, maka tidak seluruh peserta tes akan menjalaninya secara bersamaan. Dalam sekolah yang memiliki lebih dari 100 orang peserta didik, maka paling tidak akan membutuhkan 3 sesi pelaksanaan bila dalam 1 sesi hanya bisa menampung 40 peserta tes. Mungkin dari hal ini muncul kekhawatiran soal akan bocor atau saling bertukar kunci jawaban. Namun sesungguhnya, hal ini sangat kecil kemungkinannya untuk menjadi nyata mengingat segala sesuatunya akan diacak oleh komputer.
  3. Dalam pelaksanaan UN CBT, pengumuman hasilnya bersamaan dengan yang tidak CBT sehingga mungkin akan muncul pertanyaan “Kalau begitu apa bedanya dengan UN konvensional kok waktunya sama saja”. Sebenarnya hasil dari UN CBT bisa saja langsung didapatkan karena komputer akan langsung memberikan koreksi dari setiap peserta ujian. Namun, mengingat peserta UN tidak hanya yang menggunakan CBT saja, maka diambil kebijakan oleh Pemerintah bahwa pengumuman hasil UN adalah secara bersamaan.

 

Penutup

Demikianlah disampaikan secara ringan tentang apa yang dimaksudkan dengan CBT. Mengingat nampaknya semakin keras suaranya bahwa salah satu unit SMP Tarakanita akan menjalankan UN dengan bentuk CBT jadi harapannya para pembaca, terutama para siswa dan orang tua, yang unit sekolahnya akan menjalankan UN CBT mendapatkan gambaran awal mengenai pelaksanaan CBT. Untuk informasi mengenai CBT selanjutnya, masih menunggu perkembangan baik oleh dinas maupun oleh pihak-pihak yang terkait. Jadi, UN CBT, siapa takut???

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment